Monday, August 15, 2005

Coreng Moreng Pilkada Kita


Ketika Nur Mahmudi terpilih menjadi Wali Kota Depok, sebuah proses strategis dalam penyelenggaraan demokrasi di negeri ini telah dilaksanakan. Namun, ternyata coreng-moreng pilkada masih harus dinikmati oleh rakyat Indonesia ketika Pengadilan Tinggi Jawa Barat menganulir kemenangan Nur Mahmudi. Dan kontroversi-pun merebak.

Tempointeraktif.com - Ribuan Pendukung Nur Mahmudi Doa Bersama: "Ribuan kader Partai Keadilan Sejahtera dan pendukung Nur Mahmudi Ismail menggelar doa bersama di lapangan eks-Goro, Depok, Minggu (14/8). Acara ini diisi juga dengan pembacaan puisi oleh penyair W.S. Rendra."

Mungkin terdapat segelintir manusia Indonesia yang sempat berpikir, mengapa Indonesia tidak pernah mau belajar dari kesalahan-kesalahan naif yang dapat menyebabkan proses pembelajaran masyarakat menjadi sebuah proses yang absurd. Tak dapat dipungkiri, bahwa proses pembelajaran ini merupakan proses yang mahal, namun bukan berarti bahwa sementara pihak dapat bertindak seenaknya. Kapan kita mau belajar dari pengalaman-pengalaman buruk masa lalu? Karena, belajar dan berkembang adalah sebuah keniscayaan.

Thursday, August 11, 2005

Ruwetnya Pilkada


Dahulu kala, anak kecil berkelahi berebut layang-layang yang putus. Kemudian aksi brutal ini berketerusan dan berimbas pada sosok-sosok fanatik yang bertempur dengan sekelompok fanatik lainnya ketika mereka bersama-sama menonton tim sepak bolanya berlaga di tengah lapangan. Aksi sportifitas bertajuk kebersamaan dengan mudah berpaling pada adu jotos nan memalukan. Korban nyawa tampaknya tidak lagi mengusik nurani.

Sekarang, ketika sekelompok fanatik yang jagonya kalah pada pemilihan kepala daerah, dapat berubah menjadi garong-garong kecil yang tak bermalu, menginjak-nginjak prinsip sportifitas dan mengabaikan cara-cara beradab untuk protes. Entah, mau kemana negeri ini akan dibawa oleh euforia tak berbatas? Pilkada, oh pilkada!