Friday, November 25, 2005

Guru

  • Mendongkrak Nasib Guru dengan Mimpi :: ANGIN surga kembali menerpa gendang telinga para guru. Dalam salah satu pasal Rancangan Undang-Undang Guru (RUU Guru) yang dikabarkan akan disahkan pada 25 November tahun ini, disebutkan gaji guru PNS paling sedikit dua kali lipat gaji pokok PNS non-guru.
  • Jangan Jegal Pengesahan RUU Guru dan Dosen! :: DALAM kelakar Profesor Mohammad Surya (Ketua Umum Pengurus Besar PGRI), dikemukakan bahwa guru kalah oleh binatang (langka). Mengapa hal ini terjadi? Karena guru hingga saat ini belum dilindungi oleh undang-undang, sedangkan binatang langka telah dilindungi undang-undang! Kelakar itu tidak saja membuat kita tersenyum, tetapi juga berisi ironi guna menggugah kesadaran kita bahwa saatnya profesi guru mendapat pelindungan secara legal formal melalui sebuah undang-undang.
  • Majelis Rektor Minta UU Dosen dan Guru Dipisah :: Menurut Rektor Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS) Solo, Prof. Syamsulhadi terdapat perbedaan antara guru dan dosen meski sama-sama pendidik. "Dosen memiliki tugas lain yang melekat, yakni sebagai peneliti dan harus menjalankan pengabdian masyarakat. Tugas ini tidak ada pada guru," ujar Syamsulhadi, Senin (14/11).
  • Guru Swasta Tak Terlindungi :: Rancangan Undang-undang (RUU) Guru dan Dosen belum melindungi guru swasta. "Kami lihat RUU itu diskriminatif soal gaji dan perlindungan kerja bagi guru swasta,"kata Ketua Umum Forum Guru Independen Indonesia (FGII), Suparman.
  • Pembahasan RUU Guru dan Dosen Macet :: Rapat pembahasan RUU Guru dan Dosen yang berlangsung antara Komisi Pendidikan DPR dan Pemerintah, yang diwakili Menteri Pendidikan Nasional Bambang Sudibyo, Kamis (1/9), tak membuahkan hasil. Rapat bahkan diputuskan diskors sampai waktu yang tidak ditentukan, karena tak kunjung tercapai kesepakatan soal pengaturan dosen dalam RUU ini.

Saturday, November 19, 2005

Pahlawan bernama Teroris

Nama Azahari dan Noordin M Top muncul sebagai momok menakutkan setelah pada Oktober 2002 bom meledak di Kuta Bali. Perbuatan pengecut yang diklaim sebagai jihad fi sabillilah ini segera menjadi trend baru di negeri ini. Kelompok pembunuh ini memang kemudian mengklaim bahwa pemboman ini dilakukan dalam usahanya untuk mengenyahkan kemaksiatan dan orang asing. Kemaksiatan dan orang asing yang mana? Apakah mereka tidak tahu bahwa masyarakat Bali adalah masyarakat religius yang menjunjung tinggi nilai-nilai Ketuhanan dengan cara dan ritualnya sendiri? Apakah mereka tidak melihat dan tidak tahu bahwa justru korban terbanyak yang jatuh akibat bom terkutuk itu justru adalah orang Indonesia sendiri? Apakah mereka tidak peduli bahwa kemudian stabilitas sosio ekonomi politik Indonesia menjadi sangat rentan?
Bom-bom berikutnya yang pada kenyataannya diledakkan tanpa pandang bulu itu berkali-kali memorak-porandakan stabilitas sosio ekonomi Indonesia. Pembunuh-pembunuh pengecut yang sama sekali tidak berani hidup dan menantang cobaan nyata ini menyebar teror.

Kematian Azahari seharusnya menjadi tonggak bagi pemberantasan terorisme, tidak hanya di Indonesia, tetapi juga di kawasan regional dan internasional. Hal ini dapat dimengerti karena Azahari adalah salah satu orang yang paling dicari di Asia. Dan memang pada kenyataannya, Azahari dan Noordin berhasil menghimpun pengikut-pengikut militan yang tampaknya bersedia melakukan apa saja untuk apa yang mereka sebut sebagai tujuan mulia.
Yang memprihatinkan, kenyataan bahwa kekejaman kelompok ini yang kasat mata, telah membutakan sekelompok orang-orang yang erat menggenggam faham primodialisme sempit. Doktrin-doktrin yang mengajarkan pembersihan, pembunuhan dan kekerasan atas orang-orang non-muslim yang ditanamkan pada kepala orang-orang pengecut ini sungguh sangat mengkhawatirkan. Seperti itukah konsep spiritualisme yang mereka harapkan?
Dan memang ternyata kekonyolan itu belum selesai. Beberapa TV lokal dan internasional sempat menayangkan bagaimana Azahari dimakamkan di Malaka bak seorang pahlawan. Teriakan heroik "Allahu Akbar" berkali-kali terdengar pada saat pemakaman. Dan memang kemudian predikat Pahlawan Kecil dianugrahkan kepadanya oleh masyarakat setempat. Hey, pahlawan atas jasa-jasanya yang mana? Jasa-jasanya karena telah membunuhi orang-orang asing? Jasa-jasanya karena telah membunuhi orang-orang kafir? Jasa-jasanya karena telah berhasil menciptakan banyak anak yatim di Indonesia? Jasa-jasanya karena telah berhasil menciptakan instabilitas di Indonesia?

Seorang pahlawan telah lahir dari aksi-aksi anarkis berlatar belakang primordialisme sempit.

Friday, November 18, 2005

Mereka Adalah Teroris

Azahari telah mati. Yang menjadi pertanyaan adalaha, apakah ideologi sesat yang ditawarkannya ikut mati? Fakta kasat mata menunjukkan bahwa ajaran sesat yang mengatas namakan Tuhan ini tidak dapat dengan mudah ternafikan.

Imam Samudra, misalnya, walaupun sudah berada dalam penjara, namun tetap memiliki kemampuan untuk menyebar-luaskan ideologi yang dipercayanya dan mencoba untuk menyihir khalayak dengan buku yang menjungkir-balikkan fakta. Dalam bukunya ini, Imam Samudra dengan berbagai macam kedustaan, kepalsuan, dan syubhat-syubhat yang ia bawakan berusaha membalik opini, dari asumsi dan tuduhan teroris terhadap dirinya, menjadi pahlawan dan pejuang yang telah mengorbankan dirinya dalam rangka melawan vampire dan teroris internasional yang bernama Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya. Dari seorang yang kejam dan tidak punya perasaan, yang telah membunuh sekian nyawa manusia tak berdosa, menjadi pahlawan pembela duka nestapa kaum mustadh’afin. Dari pembunuh keji, menjadi pembela bayi-bayi tanpa kepala di Afghanistan dan Palestina. Dari aksi teror yang keji dan kejam, menjadi aksi heroik dalam rangka membela Islam dan umat Islam.

Mereka Adalah Teroris adalah sebuah buku yang mengupas hal ini secara komprehensif. Semoga, dengan rendah hati, faham-faham yang tidak sejalan dengan nilai-nilai ketuhanan akan dikikis habis dari bumi ini.

Sebuah Tinjauan Syari'at " Mereka Adalah Teroris" Bantahan Terhadap Buku "Aku Melawan Teroris"

Penulis : Al Ustadz Luqman bin MuhammadBa'abduh
Cetakan : I,
Ramadhan 1426 H / Oktober 2005
Jumlah Halaman : 720
Harga : Rp 72.000
I S B N : 9 7 9 - 2 5 - 1 2 4 0 - 3

Wednesday, November 16, 2005

Blue Bird Jawaban Amburadulnya Taksi Bandung

Pernah naik taksi di Bandung? Kalau sudah, anda pasti tahu bahwa taksi Bandung adalah taksi paling amburadul di dunia! Kalau belum, jangan pernah naik taksi di Bandung! Mungkin aku berlebihan, ketika mengatakan bahwa taksi Bandung adalah taksi paling brengsek di dunia, tetapi itulah yang dulu aku rasakan ketika aku terpaksa berhubungan dengan sistem angkutan publik yang satu ini. Tidak hanya sekali aku berjanji pada diriku bahwa aku tidak akan pernah naik taksi lagi di Bandung.

Taksi Bandung tidak pernah mau datang ketika dipanggil via telepon kalau panggilan tersebut berasal dari pinggiran kota, misalnya Ujung Berung, atau Riung Bandung, atau bahka Cipageran Cimahi. Mereka tidak akan pernah datang untuk menjemput, walaupun operator telpon taksi selalu menjanjikan untuk mengirim taksi ke alamat pemanggil. Jangan pernah berharap-lah! Lantas, pengemudi taksi tidak akan pernah - sekali lagi, TIDAK PERNAH - mau menggunakan argometernya. Ongkos taksi yang harus dibayarkan harus dinegosiasikan di awal. Dan ongkosnya jangan tanya, pasti lebih mahal dari ongkos yang seharusnya. Supir taksipun masih memiliki hak untuk menolak untuk mengantar pelanggannya jika jarak antar terlalu dekat. Capeknya enggak sepadan dengan ongkos yang dibayarkan, begitu selalu mereka berkilah ketika aku bertanya mengapa mereka tidak mau mengantarkanku ke suatu tempat. Pokoknya, pelayanan taksi Bandung sangat amburadul dan ajaibnya, Dinas Perhubungan di daerah seakan-akan merestui praktek-praktek seperti ini. Faktanya, hingga sekarang tidak ada tindakan nyata yang diambil.

Itulah sebabnya aku adalah orang pertama yang merasa sangat bahagia ketika mendengar bahwa taksi Blue Bird akan masuk Bandung. Perusahaan taksi ibu kota ini memiliki sejarah panjang yang mengagumkan sebagai armada pelayan publik yang mumpuni. Dan, sangat beralasan jika aku memang menunggu-nunggu hadirnya Blue Bird di Bandung.

Apa daya, kemarin, seluruh operator taksi Bandung melakukan protes atas kehadiran taksi Blue Bird di Bandung. Aku tak habis pikir ketika membaca alasan yang digunakan untuk menolak beroperasinya Blue Bird di Bandung. Mereka mengeluhkan bahwa dengan tidak beroperasinya Blue Bird di Bandung, penumpang sudah sepi. Apa yang akan terjadi jika Blue Bird beroperasi di Bandung. Taksi-taksi ini akan kehilangan penumpangnya. Para supir taksi ini bahwa melayangkan ancaman akan melakukan aksi anarkis jika pemerintah daerah tidak membatalkan ijin operasi Blue Bird di Bandung. Praktek-praktek mafia seperti ini tidak mengejutkanku.

Mereka seharusnya berkaca pada diri sendiri sebelum mengeluhkan hal-hal yang absurd seperti itu. Mereka seharusnya tahu bahwa mereka TELAH ditinggalkan penumpang dan pelanggannya sejak dulu. Dengan beroperasinya atau tidak beroperasinya Blue Bird di Bandung, penumpang dan pelanggan taksi di Bandung sudah enggan untuk naik taksi. Hadirnya Blue Bird seakan menjadi jawaban bagi berantakannya dan amburadulnya pelayanan taksi di Bandung.

Jangan melihat sisi negatif dari hadirnya Blue Bird di Bandung, karena hadirnya Blue Bird di Bandung akan menjadi sebuah shock theraphy bagi pelayanan taksi yang amburadul di Bandung. Masyarakat Bandung berhak untuk mendapat pelayanan publik seperti halnya masyarakat Jakarta, Surabaya, Denpasar, Lombok di sektor angkutan publik. Dengan hadirnya Blue Bird di Bandung, pelayanan prima sektor angkutan publik akan didesiminasikan ke seluruh operator taksi yang sudah ada. Aku yakin kok, bahwa di masa yang akan datang, layanan taksi di Bandung akan semakin baik.

Hukum dan Kesombongan

Semua juga orang tahu bahwa korupsi tidak akan pernah bisa ditumpas jika aparat hukumnya juga korup. Bangsa Indonesia tidak akan bisa lari dari kenyataan itu, bahwa selama perangkat hukum di negeri ini tidak bersih dari kutu-kutu penyebab korupsi, Indonesia tidak akan pernah bersih dari hantu korupsi yang telah dicoba untuk dihancurkan sejak awal tahun ini. Moment pemberantasan korupsi yang sedang menggelinding di Indonesia kali ini harus tetap dijaga resultansinya yang perlahan tapi pasti terus bergerak memberikan iklim yang lebih positif dari sebelumnya. Tahun 2005 bahkan dinyatakan sebagai tahun pemberantasan korupsi.

Mencuatnya dan kemudian pecahnya bisul mafia peradilan yang telah menjadi gunjingan sejak bertahun-tahun silam di MA dan aras hukum di bawahnya membawa harapan baru bagi penguatan momentum peberantasan korupsi di negeri ini. Harapan-harapan naifpun kemudian bergerak muncul sebagai wacana baru usaha-usaha rekonsiliasi penegakan hukum di Indonesia. Bagaimana tidak, saat ini hampir seluruh mata insan yang peduli pada penegakan hukum di Indonesia menatap penuh harap pada opera tingkat tinggi yang terjadi di MA, KPK, dan lembaga-lembaga tinggi negara. Dan biasanya, jika seluruh perhatian tumpah pada hal ini, para pelaku yang terlibat di dalam pemberantasan korupsi di MA dan badan-badan peradilan di Indonesia enggan untuk berbuat salah.

Namun sekarang, setiap dahi pemerhati hukum di negeri ini berkerut melihat kenyataan bahwa Bagir Manan, seorang Ketua MA, menolak untuk datang menghadiri panggilan KPK sebagai saksi sehubungan dengan kasus korupsi yang melibatkan Probosutedjo. Ketika setiap orang berteriak lantang, mengapa, orang-orang di sekitar Bagir Manan mengeluarkan pernyataan bahwa Bagir Manan tidak berkewajiban untuk memberi pernyataan di depan KPK. Lho, apakah di negeri ini ada orang yang memiliki hak untuk menghindar dari hukum? Bagir Manan baru saja memproklamirkan diri sebagai salah seorang yang memiliki hak istimewa itu. Jadilah Bagir Manan sebagai simbol penolakan Hakim terhadap pemberantasan korupsi di negeri ini. Ironis sekali, memang.

  • Update - 16 Nov 2005: SBY, Bagir Manan, Taufikurahman Ruki (Ketua KPK) bertemu hari ini dan mengeluarkan kesepakatan bersama untuk meneruskan proses pemeriksaan. Wih, semakin rame nih. Kita lihat aja, apa yang akan dilakukan oleh Bagir Manan, dan apa yang akan ditemukan oleh KPK.

Tuesday, November 15, 2005

Catatan Hati

  • Desa (Suka Hardjana) :: Apa yang kita pahami bila kita mendengar kata desa? Tempat tinggal orang-orang yang tidak hidup di dalam kota. Desa adalah suatu tempat atau lokus yang ada di luar batas kota. Tempat tinggal orang kota disebut kampung.” Begitu kata penasihat intelektual saya, Kang Entong, yang baru saja lulus sarjana Fisipol dari sebuah universitas bergengsi di Indonesia."
  • Miskin (Yudhistira ANM Massardi) :: MESKIPUN dana kompensasi BBM hanya untuk kaum miskin, banyak yang tidak miskin ambil bagian. Di Gorontalo, seorang ibu datang ke kantor pos naik taksi untuk ambil jatah, dan aparat kelurahan memungli sekitar Rp 50.000 dari seorang miskin.
  • Begundal (Iwan Qodar Himawan) :: SAYA berada sekitar 8.000 kilometer dari Bali, ketika CNN memuat kabar mengejutkan: bom meledak di Jimbaran dan Kuta, paling sedikit dua orang terbunuh. Makin lama, jumlah korban terus bertambah. Di saluran berita lain, BBC dan Sky News, gambar bom Jimbaran, plus rekaman amatir suasana menjelang ledakan, terus diulang-ulang. Juga di TV berbahasa Arab.
  • Bali (Widi Yarmanto) :: BERITA bom Bali pekan lalu itu saya dengar pas nungguin istri pasca-operasi klep jantung di Rumah Sakit Jantung Harapan Kita, Jakarta. ''Coba lihat Metro TV,'' kata seorang rekan lewat telepon. Benar. Teror bom kembali mengusik Bali.

Sakit Gigi

Lelah, dan berkeringat. Sakit gigiku kambuh, tetapi aku belum cukup berani untuk mengunjungi Dr. Poniman, dokter gigiku di Jalan Dago Atas. Aita, seperti biasanya, menyambutku dengan antusias ketika aku membuka pintu. Cium sayangnya hinggap di pipiku.

"Capek?", tanyanya, matanya menatapku khawatir.
"Ya, biasalah. Gigiku kambuh lagi.", jawabku.
"Sudah ke dokter?"
"Belum, belum berani."
"Ketika Dr. Anang menyuntikku tempo hari, aku juga merasa sakit. Tetapi aku harus melakukannya. Kalau tidak disuntik, sakit. Disuntik, juga sakit. Sama saja. Pilih yang mana? Ke dokter atau tidak?", tandasnya, sambil mencoba berargumentasi.
"Benar juga kau.", aku setuju, walaupun masih enggan mengkui kebenaran opininya.
"Tentu, aku benar."
"Iyalah, kita lihat saja besok. Kalau aku punya waktu, aku akan ke Dr. Poniman.", jawabku sambil mencoba berkilah.
"Dengar ya.", katanya sambil menggosok-gosokkan tubuhnya ke tubuhku. "Kalau kau ke dokter, gigimu akan nyeri ketika dibor. Dan jika kau tidak ke dokter, gigimu akan bertambah sakit. Sama-sama sakit. Kau akan pilih sakit yang mana?"
"Pintar kau!"
"Tentu! Kau! Ke dokter gigi saja susahnya minta ampun. Terbayangkah kau bagaimana orang-orang itu ketika memutuskan untuk meledakkan dirinya dan membunuh banyak orang lain hanya karena indoktrinasi yang memporak-porandakan nilai spiritual universal?"
"Tamba pintar, kau!"
"Hey ya, tentu. Aku adalah anjing terpandai di dunia!", ekornya bergoyang-goyang bangga.

Lelahku hilang. Aku akan ke dokter gigi besok!

Saturday, November 12, 2005

Masyarakat Sakit

Bom bunuh diri kembali mengguncang dunia. Kali ini Yordania, salah satu negeri tanah Arab terkemuka menjadi korban. Bom meledak di tiga lokasi yang berbeda, pada saat yang sama, mengambil banyak nyawa. Raja Abdullah II sampai merasa perlu untuk mengutuk dengan keras tindakan pengecut yang dengan seenaknya menyebar rasa takut, memorak porandakan nilai-nilai luhur kemanusiaan. Segera setelah itu, Al Qaeda kembali menyatakan bertanggung jawab atas tindakan terror itu. Hari ini, ribuan rakyat Yordania turun ke jalan, membentang spanduk, berteriak marah, mengutuk tindakan pengecut Al Qaeda dalam membunuh tanpa pandang bulu korban-kobannya. Pangeran Hassan mengecam Al Qaeda dengan lantang dan menyatakan Al Qaeda sebagai musuh kemanusiaan.

Mencengangkan, sepak terjang Osama bin Laden dengan Al Qaeda-nya telah merenggut arti paling mendasar dari perikemanusiaan yang seharusnya dijunjung tinggi oleh umat Tuhan, apapun bendera dan atribut yang dibawanya. Jadi sungguh lebih mencengangkan jika ada sekelompok orang, di negeri ini, yang menganggap bin Laden dan Al Qaeda-nya sebagai pahlawan. Jika sebuah masyarakat yang mengidolakan seorang pembunuh masal, seperti bin Laden, atau Imam Samudra yang bukunya laris manis, masyarakat itu sedang sakit.

Friday, November 11, 2005

Hati Nurani dan Kitab Suci


Postulat 1:
Gandhi pernah menyebutkan: "Jika kitab suci bertentangan dengan hati nuraniku, kitab suci itu akan kutolak dengan tegas."

Postulat 2:
Beberapa temanku berkata: "Jika kitab suci bertentangan dengan hati nurani, akan kubunuh dan kubuang jauh-jauh hati nuraniku."

Mana yang benar? Nuraniku memilih Gandhi.

Rinduku

Temanku yang sedang sekolah di negeri tetangga berkata kepadaku, bahwa orang-orang di sana jauh lebih ramah. Ketika ia bertemu dengan seseorang di tengah jalan, sapa adalah hal yang biasa ia dapatkan. Senyum dan saling mengangguk adalah menu utama yang ia peroleh setiap saat. Pada matanya, terlihat kerinduan untuk melihat hal yang sama di negeri ini.

Tidak banyak memang orang yang beruntung dapat melakukan benchmarking dengan membandingkan apa yang kita miliki dengan sumber daya yang dimiliki oleh orang lain. Tidak banyak pula orang yang dapat melakukan komparasi obyektif sehingga seluruh asesibilitas sendi-sendi sosial budaya dapat terakuisisi secara komprehensif. Namun apa sih susahnya melihat apakah budaya saling hormat menghormati yang dipercaya sebagai budaya asli bangsa Indonesia masih kita miliki? Paling sedikit pada masyarakat urban yang telah dikuasai oleh rutin hambar, tidak susah untuk menyadari bahwa perasaan empati itu sudah tak ada lagi. Layaknya penderita aleksitimia, bangsa ini bingung dalam menyadari apakah memberi perhatian pada penderitaan orang lain itu perlu ataukah tidak.

Tidak adanya lagi tenggang rasa pada beberapa kelompok anak bangsa telah menguras habis rasa prihatin mereka yang dapat melihat permasalahan bangsa secara komprehensif. Ledakan bom pada berbagai kesempatan dan semua tindakan anarkis yang menjungkir-balikkan nilai-nilai kemanusiaan di Poso dan Tentena merupakan sebagian kecil dari unjuk aras moralitas bangsa yang patut dipertanyakan. Jika penghancuran dan menyegelan rumah ibadah bukan merupakan sebuah fenomena yang aneh lagi di negeri ini, entah apa lagi yang bisa diharapkan dari bangsa ini untuk dapat menghormati kodrat kemanusiaan yang paling hakiki, berkeyakinan. Belum lagi kalau kita bicara tentang mafia peradilan, korupsi dan bagaimana pemerintah kita saat ini bermain akrobat dengan kebijakan-kebijakan moneter dan ekonominya yang luar biasa.

Gubernur Lemhanas, Muladi, bangsa ini harus melakukan tindakan luar biasa untuk menata kembali sendi-sendi kebangsaan di negeri ini. Bangsa ini tidak bisa lagi melihat babak belurnya sendi-sendi kehidupan ini hanya sebagai wacana saja. Setiap insan di negeri ini HARUS kembali melihat sebuah kompleks kenegaraan sebagai urusan kebangsaan yang dirajut dari kesepakatan bersama dari seluruh komponen bangsa. Artinya, bangsa ini bukan diperuntukkan bagi sekelompok orang saja, dan menafikan keberadaan kelompok lainnya.

Semoga.

Thursday, November 10, 2005

Mencabut Kewarganegaraan Teroris

John Howard melemparkan wacana untuk mencabut kewarganegaraan bangsa Australia yang terlibat terorisme. Walaupun menurut Jaksa Agung Federal Philip Ruddock hal itu tidak mudah, namun wacana itu telah mengemuka dan menjadi pembicaraan hangat di media-media Australia. Beranikah Indonesia melakukan hal ini?

Saturday, November 05, 2005

Memonopoli Kebenaran


Tidak ada yang bisa memegang sendiri kebenaran, sekalipun hal itu memang benar. Kebenaran adalah sesuatu yang universal. Ketika cahaya Ketuhanan untuk pertama kalinya kuserap, aku selalu yakin bahwa kebenaran hakiki adalah milik individu yang dengan rendah hati menundukkan kepalanya di hadapanNya.

Dengan demikian, kebenaran tidak bisa dipaksakan. Pemaksaan menyebabkan kebenaran menjadi obsolet. Kebenaran adalah sebuah keniscayaan yang dengan sifat agungnya akan menampakkan dirinya pada setiap umat yang memang ingin mewartakan kebenaran. Karena segala yang mucul dari kebenaran seakan cinta seorang pematung arif yang manggut-manggut kagum melihat sebuah karya agung, namun ia selalu berusaha untuk mematung kembali, walaupun ia tahu karyanya tak seindah karya agung itu. Yang ia tahu ialah, ia akan selalu mematung dengan segenap cintanya.
Seorang kawan pernah berkata kepadaku, “Memonopoli Tuhan sama artinya dengan meniadakan arti Ketuhanan itu sendiri.” Aku tersenyum, dan setuju 100%. Tuhan hanya satu, dan Ia tak akan habis dibagi dengan seluruh umat sejagat raya. Jika seseorang atau sekelompok orang memonopoli Tuhan, nilai-nilai Ketuhanan akan habis dimakan oleh ego mereka.
Hanya satu Tuhan, orang bijaksana menyebutNya dengan sejuta nama.