Simak sebuah artikel tentang bagaimana pengemudi taksi Bandung menunjukkan betapa tidak profesionalnya dan sangan kekanak-kanakannya mereka. Aku hanya berpikir:
- Di mana hakku sebagai pengguna taksi yang menginginkan kenyamanan di Bandung?
- Masih haruskah aku terus menarik urat leher dengan para pengemudi taksi yang semena-mena menetapkan tarif?
- Masih haruskah aku terus berdebat dengan para pengemudi taksi agar mereka mau menggunakan argometer?
- Masih haruskah aku terus was-was apakah taksiku datang menjemputku?
Sebelum Blue Bird datang ke Bandung, sudah bukan rahasia lagi bahwa pelayanan taksi Bandung adalah pelayanan amburadul yang sangat menjengkelkan hati. Hatiku geram ketika melihat sepenggal berita:
Blue Bird dirusak
Dihubungi secara terpisah, General Manager Blue Bird Bandung, Adjat Sudradjat, mengatakan, dua armada taksi BB yang terjebak dalam aksi demo di Jln. Padjadjaran dan Jln. Asia Afrika, dirusak massa. Akibatnya, taksi dengan nomor unit UD 178 dan UD 150, mengalami kerusakan. “Kaca belakang dan depan pecah, bodinya juga rusak. Tapi sopir kami tidak apa-apa,” katanya. Kejadian tersebut, menurut Adjat, telah dilaporkan ke Polwiltabes Bandung dan saat ini tengah diproses. Kendati demikian, BB masih tetap beroperasi seperti biasa. (A-157/A-159)***
Kapan para pengemudi taksi dan para pengusaha taksi di Bandung bisa lebih profesional? Entah!