Jalan itu penuh dengan pengemis. Sehingga, aku selalu merasa risih untuk memperlihatkan bagian kota itu kepada tamu-tamuku yang mengunjungiku. Jalan Pasteur, namanya. Sebuah jalan protokol, gerbang kota Bandung, yang selalu menjadi pembicaraan orang ketika datang ke Bandung. Jalan Pasteur telah menjadi pilot project kota Bandung dalam hal mengimplementasikan UU K3 yang telah diratifikasi sejak beberapa tahun yang lalu. Mestinya, pengemis-pengemis itu tidak dapat dengan leluasa berkeliaran di sana, seakan-akan menyambut tamu kota Bandung, dan berteriak lantang, "Hai, Selamat Datang di Kota Bandung! Cepek Pak!".
Dilematis memang, memberi atau tidak memberi adalah sebuah pilihan. Ketika tangan menengadah, ada sebuah harapan yang tergambar di sana. Sebuah relik yang tak lekang, karena meminta dan memberi adalah sebuah proses yang sama tuanya dengan sang pertiwi. Masalah kemudian muncul ketika kita dihadapkan pada sebuah tanggung jawab moral untuk melakukan justifikasi pada penegakan pranata sistem dan empati. Sebuah pilihan yang tak henti diperdebatkan, lebih baikkah memberi ataukah tidak.
Namun saya percaya pada ajaran bahwa memberi dengan cuma-cuma hanya akan menciptakan bangsa yang lemah, tidak produktif, dan bermental budak.
Monday, April 23, 2007
Tangan yang Menengadah
Subscribe to:
Posts (Atom)