Sejarah kekerasan dan anarkisme tampaknya tidak bisa lepas dari sepak terjang ormas yang satu ini. Front Pembela Islam (FPI) selalu meninggalkan bekas-bekas tak enak dalam perjalanan kemasyarakatan di negeri ini. Sehingga Kompas harus merasa perlu menuliskan bagaimana kepolisian kita menjadi pusing karenanya. Tetapi mengapa hal ini terus saja berlangsung dan menjadi fenomena klasik sepanjang bulan suci Ramadhan?
Boleh jadi FPI mengklaim bahwa kesucian Ramadhan ternodai oleh segelintir masyarakat yang dianggap FPI tidak mempedulikan kegiatan ibadah umat Islam yang tengah melaksanakan kontemplasi total. Namun apakah kemudian FPI merasa tidak perlu untuk, paling sedikit, menyadari bahwa aksi-aksinya justru merusak secara total usaha-usaha kontemplasi total tadi? Efek merusak yang diakibatkan justru menjadi lebih signifikan ketika isu ini diangkat menjadi isu keamanan nasional oleh Kepolisian Republik Indonesia.
FPI seyogyanya melakukan kontemplasi total untuk melihat diri sendiri, sebelum perlawanan sosial masyarakat luas merebak karena masyarakat luas sudah muak terhadap kekerasan yang tak henti-hentinya disodorkan sebagai menu sehari-hari. Apakah FPI ingin menempelkan label "kekerasan" pada budaya generik masyarakat Islam? Walahualam!
Tuesday, October 18, 2005
Kekerasan di Bulan Suci
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment