Wednesday, October 12, 2005

Kemana Empati?

Paty, istriku pernah menantangku pada sebuah kesempatan kecil, apakah kita bisa melihat empati manusia Indonesia akhir-akhir ini? Saat itu aku tidak bisa serta merta menunjukkan hakikat manusia Indonesia dalam karikatur model, entah itu diejawantahkan dalam sebuah kebudayaan luhur bangsa ataukah itu diartikulasikan dalam sebuah perkembangan sosio kemasyarakatan bangsa. Hatiku hanya berbisik kepadaku, entah!

Sebagian kalangan pemuda Indonesia berusaha untuk menemukan jati dirinya melalui berbagai kultur yang dibangun dari remah-remah informasi yang berusaha dikumpulkan dari sana-sini. Kadang-kadang jalan menuju ke sana tidak mudah, karena membutuhkan wawasan matang yang mau menerima opini orang lain dan terbuka pada perbedaan yang mungkin timbul setelahnya. Yang ada adalah, mereka dibutakan oleh indoktrinasi yang tak lembam, dan tampaknya pembenaran berdasarkan sang Khalik bisa dipuntar-puntir. Logika yang tampaknya mudah saja bagi sementara orang, tetapi tampak rigid pada sebagian orang yang lain. Susah-susah gampang. Sialnya, diskusi tak memiliki opsi lain, ketika hal tersebut telah sampai pada "kebenaran hakiki".

Stop, pokoknya aku yang benar! Loe salah semua!

Kemana empati? Kemana semua rasa hormat? Kemana nilai-nilai luhur budaya bangsa yang menjunjung azas kekeluargaan? Apakah Bhineka Tunggal Ika sekarang menjadi kata-kata yang haram untuk diteriakkan? Yang ada memang adalah demam berkepanjangan, rasa tak adil menyeruak keluar, dan aku hanya terpana menatap satu persatu, pelan-pelan, nilai-nilai kemausiaan terbunuh di negeri ini.

Katika Paty, istriku mengingatkanku pada tantangannya, aku menyerah! Aku tak melihat lagi empati di negeri ini. Mungkin aku salah, aku memang berharap demikian.

No comments: