Friday, June 08, 2007

Lebih Baik Enggak Ngerti!

Sebuah kerja besar di bidang intensifikasi energi di organisasi ini sedang disusun. Kerja ini akan melibatkan aspek finansial yang tidak besar-besar amat, namun aspek perbaikan organisasi dan pola pikir kolektif yang signifikan akan terjadi. Benar, duit yang terlibat tidak besar, karena walaupun secara keseluruhan terlihat besar, 8M(!), namun karena jumlah unit yang terlibat banyak, jadi setiap unit hanya mendapatkan jatah yang cukup untuk menjalankan program-program non-reguler seadanya. Sehingga komitmen para pelaku organisasi ini sangat dituntut agar seluruh program yang direncanakan dapat berjalan dengan baik (dan benar).

Kerja besar direncanakan. Dan, sejak sekarang, sebuah kesibukan yang luar biasa telah terbayang di setiap kepala personil yang terlibat. Mas Andhar Bumi yang sibuk leading, selalu kena semprot dari kiri-kanan, oleh orang-orang yang bekerja, karena ritme kerja yang sangat tinggi. Mas Andhar tidak lelah-lelahnya meminta komitmen setiap orang, tidak capeknya menggedor setiap pintu untuk menyerahkan laporan evaluasi diri, yang telah menjadi tanggung jawab setiap unit. Aku, sebagai pelapis kedua personil penyusun proposal, mencoba mendukung semampuku, walaupun sering kedodoran kalau sudah bicara soal filosofi pengembangan program dengan Pak Maman Salim. Bahasa-bahasa surgawi lalu lalang di depan hidungku. Bu Indri B. Adriani dengan luwesnya selalu memiliki jalan bagi setiap konflik yang muncul. Bu Padmi Sastro, dengan sense of humornya selalu bisa menghidupkan gairah bekerja setiap personil yang terlibat. Dan beruntung kami memiliki Bu Mien Mandagi yang selalu bisa menengahi, diplomatis, dan membawa suasana damai di antara kami.

Tapi itu semua tidak cukup. Kami semuanya sadar bahwa kerja kami ini tidak akan ada gunanya jika sama sekali tidak ada komitment pimpinan. Maka grilya-pun dimulai. Bu Mien telah mencoba untuk menjembatani tim ini dengan Pak Boss. Sebuah pertemuan romantik-pun terlaksana. Beres, karena Pak Boss mengerti; (minimal telah mencoba untuk mengerti); seluruh pengembangan program yang telah kami bicarakan selama ini. Kami juga telah berhasil melakukan audisi di rapim. Pada prinsipnya, message telah kami sebarkan. Sekarang, terserah bagaimana khalayak menerimanya. Tapi, itupun tidak cukup!

Pak Wakil Boss (WB) bidang Energi hingga sekarang tidak pernah turun gunung untuk turut bergabung. Sejak awal penggodokan proposal ini, hingga sekarang yang nota bene telah berjalan kira-kira 4 bulan, Pak WB belum pernah bergabung dengan kami mendiskusikan dan mencoba mengerti apa yang sedang kami kerjakan. Pernah sih beliau kami undang untuk berdiskusi. Tapi kok susah bener nyambungnya.
Namun, akhirnya kami mendapatkan kesempatan untuk berbicara dengan beliau. Treng, bak prajurit yang tidak takut mati, aku, mas Andhar dan Bu Mien menghadap WB di suatu siang yang terik. Mas Andhar dengan gagah perkasanya mempresentasikan program yang sedang dibuat dan dibangun oleh teman-teman. Bu Mien yang bijak, mengangguk-angguk setiap kali Mas Andhar tiba dalam sebuat point penting. Presentasi beres, dan waktu diskusipun tiba.
Kami, sungguh, ternganga dan sedikit malu, ketika tahu bahwa pak WB ternyata tahu seluruh apa yang sedang kita kerjakan. Jangan ditanya soal komitment. Beliau dengan sigap, mengambil dan saat itu juga menyatakan bahwa Kantor WB akan bertanggung jawab atas segala pelaksanaan program ini. Kami benar-benar terperangah. Seluruh prototipe yang selama ini kami bayangkan, hancur lebur dalam seketika. Pak WB selama ini ternyata memang benar-benar sibuk, sehingga memang tidak bisa mengalokasikan waktu untuk kami. Dan saat itu pula, Pak WB berjanji untuk hadir dalam diskusi intern yang akan diselenggarakan pada minggu depan ini. Memang, kalau enggak ngerti, jangan sembangaran mengumbar bacot. Memang, lebih baik enggak ngerti sekalian!

No comments: