Saturday, November 19, 2005

Pahlawan bernama Teroris

Nama Azahari dan Noordin M Top muncul sebagai momok menakutkan setelah pada Oktober 2002 bom meledak di Kuta Bali. Perbuatan pengecut yang diklaim sebagai jihad fi sabillilah ini segera menjadi trend baru di negeri ini. Kelompok pembunuh ini memang kemudian mengklaim bahwa pemboman ini dilakukan dalam usahanya untuk mengenyahkan kemaksiatan dan orang asing. Kemaksiatan dan orang asing yang mana? Apakah mereka tidak tahu bahwa masyarakat Bali adalah masyarakat religius yang menjunjung tinggi nilai-nilai Ketuhanan dengan cara dan ritualnya sendiri? Apakah mereka tidak melihat dan tidak tahu bahwa justru korban terbanyak yang jatuh akibat bom terkutuk itu justru adalah orang Indonesia sendiri? Apakah mereka tidak peduli bahwa kemudian stabilitas sosio ekonomi politik Indonesia menjadi sangat rentan?
Bom-bom berikutnya yang pada kenyataannya diledakkan tanpa pandang bulu itu berkali-kali memorak-porandakan stabilitas sosio ekonomi Indonesia. Pembunuh-pembunuh pengecut yang sama sekali tidak berani hidup dan menantang cobaan nyata ini menyebar teror.

Kematian Azahari seharusnya menjadi tonggak bagi pemberantasan terorisme, tidak hanya di Indonesia, tetapi juga di kawasan regional dan internasional. Hal ini dapat dimengerti karena Azahari adalah salah satu orang yang paling dicari di Asia. Dan memang pada kenyataannya, Azahari dan Noordin berhasil menghimpun pengikut-pengikut militan yang tampaknya bersedia melakukan apa saja untuk apa yang mereka sebut sebagai tujuan mulia.
Yang memprihatinkan, kenyataan bahwa kekejaman kelompok ini yang kasat mata, telah membutakan sekelompok orang-orang yang erat menggenggam faham primodialisme sempit. Doktrin-doktrin yang mengajarkan pembersihan, pembunuhan dan kekerasan atas orang-orang non-muslim yang ditanamkan pada kepala orang-orang pengecut ini sungguh sangat mengkhawatirkan. Seperti itukah konsep spiritualisme yang mereka harapkan?
Dan memang ternyata kekonyolan itu belum selesai. Beberapa TV lokal dan internasional sempat menayangkan bagaimana Azahari dimakamkan di Malaka bak seorang pahlawan. Teriakan heroik "Allahu Akbar" berkali-kali terdengar pada saat pemakaman. Dan memang kemudian predikat Pahlawan Kecil dianugrahkan kepadanya oleh masyarakat setempat. Hey, pahlawan atas jasa-jasanya yang mana? Jasa-jasanya karena telah membunuhi orang-orang asing? Jasa-jasanya karena telah membunuhi orang-orang kafir? Jasa-jasanya karena telah berhasil menciptakan banyak anak yatim di Indonesia? Jasa-jasanya karena telah berhasil menciptakan instabilitas di Indonesia?

Seorang pahlawan telah lahir dari aksi-aksi anarkis berlatar belakang primordialisme sempit.

No comments: