Thursday, April 21, 2005

Tongkat Si Buta

Image hosted by Photobucket.com
Di sebuah sudut kota, seorang buta kehilangan tongkatnya. bagi orang buta, tongkat adalah segalanya. Dengan tongkat, orang buta “melihat” dunia. Sehingga, kehilangan tongkat begi orang buta merupakan hal yang luar biasa. Tongkat itu sekarangberada di dasar sebuah selokan kotor penuh lumpur berbau busuk. Ia tampak kebingungan, dan berusaha untuk meminta tolong kepada siapa saja yang liwat di dekatnya untuk mengambilkan tongkat yang hilang. Hanya keajaiban sajalah yang bisamenggerakkan hati nurani seseorang untuk mau turun ke selokan berbau busuk dan mengambil tongkat si buta.

Dengan sia-sia, si buta memelas dan mencoba untuk menggerakkan hati orang-orang yang lalu lalang di sana. Namun tampaknya sia-sia. Tidak ada nurani yang cukup responsive untuk menjawab permintaan uluran tangan itu. Tidak ada iba yang tersisa bagi orang-oragn yang sudah cukup sibuk hari itu untuk memikirkan kesusahan orang lain. Tidak ada secercah welas asih yang singgah di lubuk hati individu yang kebetulan liwat di sana. Si buta tetap dengan kebingungannya sendiri, tidak tahu, apa yang diperbuatnya tanpa tongkatnya.

Namun Tuhan tidak membiarkan hal itu terlalu lama terjadi. Keajaiban itupun datang. Seorang bapak sederhana tiba-tiba muncul di sana, entah dari mana. Dengan tidak ragu-ragu, ia turun ke selokan berbau, walaupun dengan begitu ia mengorbankan celananya yang sudah lusuh terkotori oleh lumpur berbau busuk. Tongkat itu diambilnya, dan diserahkan kepada si buta yang sangat memerlukannya.

Tidak beberapa lama kemudian, seseorang mendekati bapak penolong yang tampak sangat sederhana itu. Ia bertanya kepada pak penolong,
”Mengapa Bapak menolongnya?”.
”Karena saya ingin menolong.”, jawabnya. Jawabnya sangat sederhana, dan dalam kesederhanaan itu ia memberikan sentuhan penuh warna kepada masyarakat luas yang saat itu tengah menonton tayangan televisi di rumah masing-masing. Memang, adegan di atas adalah cuplikan dari reality showTooolloooong!” yang ditayangkan oleh salah satu TV swasta ibu kota.

Segera aku teringat kepada pertanyaan seorang instruktur dalam sebuah kursus motivasi, ”Di dunia ini, lebih banyak orang jahat atau orang baik?”
”Orang baik!”, jawabku saat itu. Sekarang, sambil menerawang, aku kembali teringat pertanyaan itu, dan menimbang-nimbang, perlukah aku menjustifikasi jawabanku itu? Seperti si buta, aku benar-benar memerlukan "tongkat" untuk melihat, seperti apa duniaku ini.

No comments: